TEKNIK PEMBENIHAN IKAN LELE SANGKURIANG
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK
PEMBENIHAN
PRAKTIKUM TEKNIK
PEMBENIHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias
gariepinus) DI BALAI BENIH IKAN (BBI) JANTHO, ACEH BESAR
Disusun Oleh:
Isra Safriani
1311102010042
Asisten Pembimbing:
Afriansyah
Syahrinaldi Akhyar
Ririn Alvianita S.pi
Thaharah Ramadhani S.pi

JURUSAN
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketersediaan
benih merupakan salah satu ukuran keberhasilan budidaya ikan,walaupun menurut
aspek ekonomis penyediaan benih sering dianggap sepele. Akan tetapi dari aspek
teknis merupakan kunci keberhasilan dari usaha budidaya(Puspowardoyo dan
Djarijah, 1992). Pembenihan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan
benih hingga ukuran tertentu. Kegiatan ini biasanya dimulai dengan pemeliharaan
induk, pemijahan, perawatan telur hingga menetas, perawatan benih yang baru menetas dan perawatan
benih hingga ukuran tertentu (Respati dan Santoso, 1993).
Ikan lele merupakan salah satu komoditas
penting perikanan budidaya air tawar diIndonesia. Ikan ini memiliki potensi
pasar yang cukup besar karena banyak disukai oleh konsumen. Selain itu laju
pertumbuhan ikan lele serta perkembangbiakkannya cepat. Ikan
lele juga merupakan salah satu ikan konsumsi yang sangat digemari masyarakat.
Ikan lele relatif mudah dipelihara karena dapat hidup dalam wadah yang miskin
oksigen, pertumbuhannya cepat, produksi tinggi, panen lebih cepat, kemampuan
bertelur dan daya tetas telur tinggi, lebih tahan terhadap penyakit, kualitas
daging lebih unggul, dan teknik pemeliharaan yang mudah juga sifat lele yang
rakus sehingga mudah dalam pemberian pakan. Rasa ikan lele yang khas juga
membuat ikan ini banyak diminati orang untuk dikonsumsi. Oleh karena itu harga
lele kian meningkat seiring banyaknya permintaan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
dalam laporan ini yaitu:
1. Bagaimana
teknik pemijahan buatan pada ikan lele sangkuriang?
2. Bagaimana
teknik penetasan telur?
3. Bagaimana
teknik pendederan larva ikan lele sangkuriang?
1.3 Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan
untuk :
1. Mahasiswa
memiliki keterampilan memijahkan ikan lele sangkuriang secara buatan
2. Mahasiswa
memiliki keterampilan menetaskan telur ikan lele sangkuriang
3. Mahasiswa
mampu melakukan pendederan larva ikan lele sangkuriang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara
alamiah ikan lele memijah pada musim hujan. Banyak jenis ikan yang terangsang
untuk memijah setelah turun hujan. Dengan pemeliharaan yang baik ternyata ikan
lele dapat dipijahkan sepanjang tahun. Saat ini lele dumbo sudah dapat
dipijahkan secara alami. Pemijahan ikan lele diawali dengan terlihatnya
sepasang induk berkejar-kejaran. Namun demikian banyak orang yang sukan
memijahkan dengan cara buatan (disuntik) karena penjadualan produksi dapat
dilakukan lebih cepat dan tepat (Kheruman, 2002).
Kegiatan
pembenihan merupakan kegiatan awal didalam budidaya. Tanpa kegiatan pembenihan
ini, kegiatan yang lain seperti pendederan dan pembesaran tidak akan
terlaksana. Karena benih yang digunakan dari kegiatan pendederan dan pembesaran
berasal dari kegiatan pembenihan, secara garis besar kegiatan pembenihan
meliputi : pemeliharaan induk, pemilihan induk siap pijah, pemijahan dan
perawatan larva (Khaeruman dan Amri, 2002).
Ikan
lele mencapai kedewasaan setelah mencapai ukuran 100 gr atau lebih. Jika sudah
masanya berkembangbiak, ikan jantan dan betina berpasangan. Pasangan itu lalu
mencari tempat, yakni lubang-lubang yang teduh dan aman untuk bersarang. Lubang
sarang ikan lele terdapat kira-kira 20-30 cm di bawah permukaan air (Hernowo,
2001).
Telur
ikan lele menetas semua dalam tempo 2-3 hari. Cepat lambatnya penetasan
dipengaruhi oleh suhu air. Semakin tinggi suhu air maka semakin lambat waktu
penetasan. Sebaliknya semakin rendah suhu air maka semakin cepat waktu
penetasan. bahwa Pada suhu 23-26 ˚C telur ikan lele menetas dalam 2 hari,
sedangkan pada suhu 27-30 ˚C, telur menetas dalam 3 hari (Santoso ,1993).
Dalam
budidaya ikan, jaminan tersedianya benih ikan dalam kualitas dan kuantitas yang
memadai merupakan salah satu syarat yang menentukan keberhasilan usaha.
Tersedianya benih di alam tidak dapat menjamin produksi yang berkesinambungan
sehingga diperlukan teknik pembenihan yang lebih baik untuk mencukupi
kebutuhan bagi masyarakat dari segi kualitas dan kuantitas. Pengadaan
benih ikan berasal dari dua sumber, yaitu unit usaha pembenihan
dan penangkapan dari alam. Ketergantungan pada benih ikan
dari alam akan tetap berlangsung selama usaha pembenihan ikan secara terkontrol
dan missal belum mampu dikembangkan (Sutisna dan Sutarmanto, 1995)
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1. Waktu
dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada tanggal 11 – 14 Maret 2016 yang berlokasi di Balai Benih
Ikan (BBI) Jantho, Aceh Besar.
3.2.
Alat Dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah:
Tabel 3.2.1. Alat dan Bahan
No
|
Alat
dan Bahan
|
Jumlah
|
Fungsi
|
1
|
Perlengkapan tulis
|
Secukupnya
|
Untuk mencatat keterangan dari
pemateri praktikum
|
2
|
Buku penuntun
|
Secukupnya
|
Sebagai tambahan saat proses wawancara
|
3
|
Kamera
|
1 unit
|
Untuk mengdokumentasikan proses pengamatan
|
4
|
Ovaprim
|
1 botol
|
Untuk membantu proses pemijahan
|
5
|
Jarum suntik
|
Secukupnya
|
Untuk menyuntikan ovaprim pada induk
|
6
|
Gerobak semen
|
1
|
Untuk mengadukkan kapur pada saat
pengapuran kolam
|
7
|
Kakaban
|
Secukupnya
|
Untuk tempat penempelan telur
|
8
|
Timbangan
|
1
|
Untuk menimbang induk yang akan
dipijahkan
|
9
|
Induk ikan lele sangkuriang
|
6 ekor
|
Untuk dilakukan pemijahan dengan
menggunakan ovaprim
|
10
|
Baskom
|
Secukupnya
|
Sebagai tempat pengadukan sperma dan
telur agar dibuahi
|
11
|
Kapur tohor
|
Secukupnya
|
Digunakan untuk pengapuran kolam
|
3.3.
Cara Kerja
3.3.1. Persiapan Kolam
·
Dilakukan pengeringan kolam yang
digunakan sebelum ditebar benih ikan lele sampai tanah mulai mengering dan
mengalami retak.
·
Dilakukan pengapuran dengan mengunakan
kapur jenis tohor yang telah diaduk dengan air secukupnya dan ditebar di
seluruh bagian kolam dengan merata.
·
Dilakukan pemupukan dengan menggunakan
kotoran sapi kesuluruh bagian kolam dengan merata
3.3.2. Seleksi induk
·
Dilakukan pengeringan pada kolam induk
·
Diseleksi induk yang matang gonad dengan
menangkapnya menggunakan jaring.
·
Selanjutnya induk siap dilakukan
penyuntikan.
3.3.3. Penyuntikan hormon
·
Diambil induk betina dan jantan yang
telah diseleksi dan ditimbang satu persatu.
·
Dilakukan penyuntikan hormon ovaprim
dngan menggunakan jarum suntik dengan dosis 0,5 ml/ kg berat bobot induk.
·
Dimasukkan induk jantan dan betina yang
sudah dilakukan penyuntikan dalam 1 wadah pemijahan dan dibiarkan selama 12 jam
(sebaiknya pada malam hari).
3.3.4 Pengambilan sperma
·
Diambil induk jantan, kemudian dibedah
bagian abdomen dan diambil kantung sperma
·
Setelah pengambilan kantung sperma,
bagian yang dibedah pada induk jantan dijait kembali
·
Kantung sperma dicuci dengan NaCl dan
digunting kecil-kecil kedalam wadah yang berisi larutan NaCl
3.3.5 Pengambilan gonad
·
Diambil induk betina dan dilakukan
stripping untuk mengeluarkan telur
·
Telur ditampung dalam cawan
3.3.6 Fertilisasi
·
Dimasukkan cairan sperma kedalam cawan
telur, ditambahkan air dan diaduk
·
Sperma dan telur ditebar kedalam kolam,
dibiarkan selama 24 jam.
3.3.7 Pendederan
·
Setalah telur yang sudah menetas
menjadi larva dikakaban, dipindahkan
larva tersebut ke kolam pendederan larva
3.3.8 Panen
·
Larva yang sudah menjadi benih siap
dilakukan pemanenan dengan menggunakan jaring berukuran sesuai benih ikan.
3.3.9 Pasca panen
·
Dilakukan breeding untuk memisahkan ikan
berdasarkan ukuran
·
Benih dipacking kedalam wadah plastik dengan padat tebar 1000
ekor per kantong plastik.
·
Benih siap dipasarkan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
4.1.1 Tabel
Penggunaan Dosis Ovaprim
Induk
|
Berat (kg)
|
Dosis (ml)
|
|
Jantan
|
1
|
0,7 kg x 0,5 ml
|
0,35 ml
|
2
|
0,82 kg x 0,5 ml
|
0,41 ml
|
|
Betina
|
1
|
1 kg
x 0,5 ml
|
0,5 ml
|
2
|
0,9 kg x 0,5 ml
|
0,45 ml
|
|
3
|
1 kg x 0,5 ml
|
0,5 ml
|
|
4
|
0,87 kg x 0,5 ml
|
0,44 m
|
4.2 Pembahasan
4.2.1 Data Primer
a. Seleksi induk
Skema Seleksi Induk :
Pemilihan induk ikan yang baik
merupakan persyaratan yang krosial dalam kegiatan pembenihan ikan, hal ini
dikarenakan dari hasil seleksi yang kurang baik maka benih yang akan dihasilkan
juga tidak akan baik. Induk ikan lele yang bersifat unggul akan mempengaruhi
kualitas benih yang dihasilkan. Banyak sekali pembenih ikan melakukan pemijahan
dengan menggunakan induk yang tidak jelas asal usulnya sehingga
dimungkinkan terjadinya perkawinan sekerabat(Inbreeding) yang beresiko
menuruni sifat resesif dari induknya yang bersifat merusak kualitas benih,
diantaranya pertumbuhan benih yang dihasilkan lambat serta rentan terhadap
serangan penyakit sehingga mengakibatkan kualitas benih yang dihasilkan jauh
dari standar. Induk ikan lele yang digunakan sebaiknya tidak mengalami
kelainan fisik maupun dari satu keturunan. Umur dan ukuran dari induk ikan lele
sebaiknya berbeda untuk lebih memastikan keturunan dari induk dalam kegiatan
pembenihan, maka sebaiknya dilakukan seleksi terhadap induk yang bersifat
unggul sehingga hanya induk-induk produktif saja yang dipelihara sehingga dapat
menekan biaya perawatan induk karena untuk merawat induk diperlukan biaya pakan
dan lain-lain yang tidak sedikit.
Induk ikan lele yang berkualitas dapat ditentukan melalui
ciri fisik dan faktor genetik. Induk yang bagus memiliki struktur organ yang
lengkap dan proporsional sesuai dengan umur ikan. Sedangkan untuk ciri genetik
dapat ditunjukkan dengan adanya sertifikat induk unggul dari unit produksi
induk yang sudah melalui tahap uji. Induk ikan lele yang unggul akan memiliki
keturunan dengan Feed Convertion Ratio (FCR) rendah sehingga
akan meningkatkan penghasilan pendapatan bagi pembudidaya.
Adapun ciri-ciri induk ikan lele
yang baik adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Induk Betina Gambar 2. Induk Jantan
·
Organ
tubuh lengkap dan normal
·
Umur
induk betina mencapai 1,5 tahun
·
Umur
induk jantan mencapai 1 tahun
·
Bobot
induk minimal 1 kg
·
Betina
tubuh gemuk tidak berlemak
·
Jantan
bertubuh langsing dan rongga perut tidak berlemak
·
Alat
kelamin normal dan kemerah-merahan
·
Selama
perawatan FCR rendah
Untuk mengetahui induk yang siap
untuk dipijahkan,berikut ini ciri-ciri induk ikan lele yang baik :
Induk
Betina :
·
Perut
membesar dan lembek
·
Gerakan
agak lambat dan jinak
·
Alat
kelamin bulat, berwarna kemerahan dan tampak membesar
·
Warna
tubuh secara umum menjadi coklat kemerahan
·
Warna
sirip cenderung kemerahan
·
Bila
perut diurut kearah alat kelamin akan keluar cairan telur
Induk
Jantan :
·
Tubuh
gemuk ramping
·
Gerakan
lincah dan lebih gesit
·
Alat
kelamin runcing dan mencapai sirip anus
·
Warna
sirip cenderung kemerahan
b.
Teknik pemijahan
Pemijahan ikan lele sangkuriang dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu : pemijahan alami (natural spawning),
pemijahan semi alami (induced spawning) dan pemijahan buatan (induced/artificial
breeding). Pemijahan alami dilakukan dengan cara memilih induk jantan dan
betina yang benar-benar matang gonad kemudian dipijahkan secara alami di
bak/wadah pemijahan dengan pemberian kakaban. Pemijahan semi alami dilakukan
dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang
kemudian dipijahkan secara alami. Pemijahan buatan dilakukan dengan cara
merangsang induk betina dengan penyuntikkan hormon perangsang kemudian dipijahkan
secara buatan.
Teknik pemijahan yang dilaksanakan oleh
Mahasiswa Budidaya Perairan angkatan 2013 di Balai Benih Ikan (BBI) Jantho,
Aceh Besar menggunakan teknik pemijahan secara buatan. Pemijahan buatan
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
·
Penyuntikan
ovaprim
Penyuntikan
adalah kegiatan memasukkan hormon perangsang ke tubuh induk betina. Hormon
perangsang yang digunakan adalah ovaprim. Penyuntikan ovaprim bertujuan untuk
mempercepat kematangan gonad induk betina. Caranya, disiapkan induk betina yang
sudah matang gonad, lalu disedot 0,5 ml ovaprim untuk setiap kilogram induk.
Ovaprim disuntikkan ke dalam tubuh induk betina. dimasukkan induk yang sudah
disuntik ke dalam bak lain dan biarkan selama 10 jam.
Penyuntikan juga bisa dilakukan dengan menggunakan
ekstrak kelenjar hypofisa ikan nila atau lele dumbo.
·
PPengambilan sperma
Pengambilan sperma pada induk jantan
dilakukan dengan membelah bagian abdomen induk. Setelah diambil kantung sperma dicuci
dengan NaCl dan digunting kecil kedalam wadah yang beriisi NaCl.
Pengeluaran gonad atau sel telur pada
induk betina dilakukan dengan cara stripping. Stripping merupakan proses
pemijatan induk yang bertujuan untuk mengeluarkan telur dari induk betina.
Pemijatan dilakukan secara perlahan agar induk tidak stres. Telur yang
dikeluarkan ditampung dalam cawan.
Selanjutnya pemijahan buatan dilakukan
dengan mencampurkan sperma induk jantan yang berisi larutan NaCl dengan gonad
atau sel telur induk betina kedalam suatu wadah. Sperma dan telur diaduk sampai
homogen lalu ditebar kedalam bak penetasan telur.
Teknik penetasan telur dilakukan dengan menyiapkan bak
penetasan telur yang sudah bersih dan steril. Diisi air kedalam bak setinggi 60
cm dan dimasukkan kakaban pada bagian bawah bak penetasan. Ikan lele memiliki
kebiasaan meletakkan telur pada substrat, oleh sebab itu digunakan kakaban
berupa ijuk dan batu. Setelah sperma dan telur ditebar kedalam bak penetasan,
sperma dan telur akan menempel pada kakaban. Dibiarkan selama 24 jam untuk
proses fertilisasi dan penetasan telur.
Telur yang baik
akan menetas sampai 24 jam. Anak ikan yang keluar dari telur masih sangat kecil
dan lemah. Telur-telur yang tidak terbuahi warna kuning susu dan tidak akan
menetas serta akan membusuk. Telur-telur yang terbuahi terlihat kuning
transparan dan akan menetas setelah 24 jam dikeluarkan oleh induk.
4.2.2 Data Sekunder
a. Manajemen pemberian pakan
Larva ikan lele hasil penetasan belum memiliki bentuk
morfologi yang definitif (seperti induknya). Larva tersebut masih membawa
cadangan makanan dalam bentuk kuning telur dan butir minyak. Cadangan makanan
tersebut dimanfaatkan untuk proses perkembangan organ tubuh, khususnya untuk
keperluan pemangsaan (feeding), seperti sirip, mulut, mata dan saluran
pencernaan. Kuning telur tersebut biasanya akan habis dalam waktu 3 hari,
sejalan dengan proses perkembangan organ tubuh larva. Oleh karena itu, larva
ikan lele baru akan diberi pakan setelah umur 4 hari (saat cadangan makanan
didalam tubuhnya habis). Pakan yang diberikan berupa pakan yang memiliki ukuran
yang sesuai dengan bukaan mulut larva agar larva ikan lebih mudah dalam
mengkonsumsi pakan yang diberikan, pakan ikan juga bergerak sehingga mudah
dideteksi dan dimangsa oleh larva, mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang
tinggi. Salah satu contoh pakan yang diberikan pada saat larva ikan lele
tersebut berumur 4 hari adalah emulsi kuning telur. Pada saat lele berumur 6
hari, maka dapat diberikan pakan berupa Daphnia sp (kutu air), Tubifex sp
(cacing sutra) atau Artemia sp. Pakan tersebut diberikan secara adlibitum
dengan frekuensi 5 kali dalam sehari dan agar tidak mengotori air pemeliharaan,
maka diusahakan tidak ada pakan yang tersisa.
Adapun
jadwal pemberian pakan larva ikan lele
sangkuriang adalah sebagai berikut:
o Emulsi
kuning telur: Hari ke 4-5
o Artemia sp:
Hari ke 6-13
o Daphnia sp:
Hari 12-17
o Tubifex sp:
Hari 17-21
b.Pengelolaan kualitas air
Larva yang telah menetas biasanya berwarna hijau dan
berkumpul didasar bak penetasan. Untuk menjaga kualitas air, maka sebaiknya
selama pemeliharaan dilakukan pergantian air setiap 2 hari sekali sebanyak
50-70 %. Pergantian air ini dimaksudkan untuk membuang kotoran, seperti sisa
cangkang telur atau telur yang tidak menetas dan mati. Kotoran-kotoran tersebut
apabila tidak dibuang akan mengendap dan membusuk di dasar perairan yang
menyebabkan timbulnya penyakit dan menyerang larva. Pembuangan kotoran tersebut
dilakukan secara hati-hati agar larva tidak stress atau tidak ikut terbuang
bersama kotoran.
Selain oksigen, faktor kualitas air yang sangat
berpengaruh terhadap perkembangan penetasan telur adalah suhu. Sampai batas
tertentu, semakin tinggi suhu air media penetasan telur maka waktu penetasan
menjadi semakin singkat. Akan tetapi, telur menghendaki suhu tertentu (suhu
optimal) yang memberikan efisiensi pemanfaatan kuning telur yang maksimal,
sehingga ketika telur menetas diperoleh larva yang berukuran lebih besar dengan
kelengkapan organ yang lebih baik dan dengan kondisi kuning telur yang masih
besar. Pada ikan lele, suhu optimum yang baik untuk penetasan telur adalah
sekitar 29-31 oC.
c. Teknik pendederan larva
·
Menyiapkan bak untuk budidaya pakan alami berupa Dapnia sp atau Arthemia sp.
·
Setelah telur lebih dari 24 jam dan sudah terlihat banyak
yang menetas maka kakaban diangkat secara hati-hati
·
Merawat larva. Larva yang baru beberapa hari menetas
kondisinya masih sangat lemah. Larva ini tidak memerlukan pakan tambahan sampai
menunggu kandungan kuning telurnya habis. Kandungan kuning telur akan habis
setelah menetas 3-4 hari. Untuk menjaga mortalitas tinggi pertu dipasang
aerasi.
·
Memberi pakan larva. Setelah 3 hari penetasan, kandungan
kuning telur sudah habis dan harus segera diberi pakan tambahan. Pakan pertama
dapat diberi kuning telur diblender setiap pagi dan sore sebanyak satu butir
per 5000 ekor benih. Pada hari ke 6-13 diberikan pakan alami Artemia sp., Hari 12-17 Daphnia sp dan Hari 17-21 Tubifex sp.
d. Panen dan pasca panen
·
Packing
Alat Panen Benih Lele berupa seser, ember, waring, kantong
plastik, tali karet, tabung udara, mangkok kecil. Pada
hari ke-21 biasanya benih sudah bisa dipanen. Pemanenan dilakukan pada malam
hari agar benih tidak mengalami stress. Setelah pemanenan benih langsung
dipacking kedalam wadah plastic dan diberi oksigen. Selanjutnya benih siap
dijual. Perhitungan hasil dilakukan secara manual.
·
Breeding
Untuk memilih benih
agar seragam digunakan ember plastik yang berlubang-lubang. Proses penyeragaman
benih ini disebut breeding.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian
sebelumnya maka dapat disimpulkan:
1. Pemijahan
buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikkan hormon
perangsang kemudian dipijahkan secara buatan.
2. Benih
yang berkualitas diperoleh dari induk yang unggul
3. Induk ikan lele yang berkualitas
dapat ditentukan melalui ciri fisik dan faktor genetik
4. Larva
yang baru menetas masih membawa cadangan makanan dalam bentuk kuning telur dan
butir minyak
5. Benih
ikan lele biasanya sudah bisa dipasarkan pada hari ke-21
5.2 Saran
-
DAFTAR PUSTAKA
Hernowo, dkk.
2002. Pembenihan dan pembesaran Lele. Kanisius. Jakarta
Khairuman, 2002.
Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. Argo Media Pustaka.
Jakarta
Mahyudin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta
Santoso, B. 1995. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Lele Dumbo dan Lokal. Kanisius.
Mahyudin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta
Santoso, B. 1995. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Lele Dumbo dan Lokal. Kanisius.
Yogyakarta.
Santoso, Heru. 2002. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. Penebar Swadaya.
Santoso, Heru. 2002. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Soetomo, 2003. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar baru Algensindo.
Soetomo, 2003. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar baru Algensindo.
Jakarta.
Suyanto. 1997. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suyanto. 1997. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Komentar
Posting Komentar