TEKNIK PEMBENIHAN IKAN LELE SANGKURIANG

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PEMBENIHAN

PRAKTIKUM TEKNIK PEMBENIHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) DI BALAI BENIH IKAN (BBI) JANTHO, ACEH BESAR


Disusun Oleh:


Isra Safriani
1311102010042

Asisten Pembimbing:

Afriansyah
Syahrinaldi Akhyar
Ririn Alvianita S.pi
Thaharah Ramadhani S.pi

                  
  
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH

2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ketersediaan benih merupakan salah satu ukuran keberhasilan budidaya ikan,walaupun menurut aspek ekonomis penyediaan benih sering dianggap sepele. Akan tetapi dari aspek teknis merupakan kunci keberhasilan dari usaha budidaya(Puspowardoyo dan Djarijah, 1992). Pembenihan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan benih hingga ukuran tertentu. Kegiatan ini biasanya dimulai dengan pemeliharaan induk, pemijahan, perawatan telur hingga menetas, perawatan benih yang baru menetas dan perawatan benih hingga ukuran tertentu (Respati dan Santoso, 1993).
 Ikan lele merupakan salah satu komoditas penting perikanan budidaya air tawar diIndonesia. Ikan ini memiliki potensi pasar yang cukup besar karena banyak disukai oleh konsumen. Selain itu laju pertumbuhan ikan lele serta perkembangbiakkannya cepat. Ikan lele juga merupakan salah satu ikan konsumsi yang sangat digemari masyarakat. Ikan lele relatif mudah dipelihara karena dapat hidup dalam wadah yang miskin oksigen, pertumbuhannya cepat, produksi tinggi, panen lebih cepat, kemampuan bertelur dan daya tetas telur tinggi, lebih tahan terhadap penyakit, kualitas daging lebih unggul, dan teknik pemeliharaan yang mudah juga sifat lele yang rakus sehingga mudah dalam pemberian pakan. Rasa ikan lele yang khas juga membuat ikan ini banyak diminati orang untuk dikonsumsi. Oleh karena itu harga lele kian meningkat seiring banyaknya permintaan.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam laporan ini yaitu:
1.      Bagaimana teknik pemijahan buatan pada ikan lele sangkuriang?
2.      Bagaimana teknik penetasan telur?
3.      Bagaimana teknik pendederan larva ikan lele sangkuriang?
1.3  Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk :
1.      Mahasiswa memiliki keterampilan memijahkan ikan lele sangkuriang secara buatan
2.      Mahasiswa memiliki keterampilan menetaskan telur ikan lele sangkuriang
3.      Mahasiswa mampu melakukan pendederan larva ikan lele sangkuriang 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara alamiah ikan lele memijah pada musim hujan. Banyak jenis ikan yang terangsang untuk memijah setelah turun hujan. Dengan pemeliharaan yang baik ternyata ikan lele dapat dipijahkan sepanjang tahun. Saat ini lele dumbo sudah dapat dipijahkan secara alami. Pemijahan ikan lele diawali dengan terlihatnya sepasang induk berkejar-kejaran. Namun demikian banyak orang yang sukan memijahkan dengan cara buatan (disuntik) karena penjadualan produksi dapat dilakukan lebih cepat dan tepat (Kheruman, 2002).
Kegiatan pembenihan merupakan kegiatan awal didalam budidaya. Tanpa kegiatan pembenihan ini, kegiatan yang lain seperti pendederan dan pembesaran tidak akan terlaksana. Karena benih yang digunakan dari kegiatan pendederan dan pembesaran berasal dari kegiatan pembenihan, secara garis besar kegiatan pembenihan meliputi : pemeliharaan induk, pemilihan induk siap pijah, pemijahan dan perawatan larva (Khaeruman dan Amri, 2002).
Ikan lele mencapai kedewasaan setelah mencapai ukuran 100 gr atau lebih. Jika sudah masanya berkembangbiak, ikan jantan dan betina berpasangan. Pasangan itu lalu mencari tempat, yakni lubang-lubang yang teduh dan aman untuk bersarang. Lubang sarang ikan lele terdapat kira-kira 20-30 cm di bawah permukaan air (Hernowo, 2001).
Telur ikan lele menetas semua dalam tempo 2-3 hari. Cepat lambatnya penetasan dipengaruhi oleh suhu air. Semakin tinggi suhu air maka semakin lambat waktu penetasan. Sebaliknya semakin rendah suhu air maka semakin cepat waktu penetasan. bahwa Pada suhu 23-26 ˚C telur ikan lele menetas  dalam 2 hari, sedangkan pada suhu 27-30 ˚C, telur menetas dalam 3 hari (Santoso ,1993).
Dalam budidaya ikan, jaminan tersedianya benih ikan dalam kualitas dan kuantitas yang memadai merupakan salah satu syarat yang menentukan keberhasilan usaha. Tersedianya benih di alam tidak dapat menjamin produksi yang berkesinambungan sehingga diperlukan teknik pembenihan yang lebih baik untuk mencukupi kebutuhan bagi masyarakat dari segi kualitas dan kuantitas. Pengadaan benih ikan berasal dari dua sumber, yaitu unit usaha pembenihan dan penangkapan dari alam. Ketergantungan pada benih ikan dari alam akan tetap berlangsung selama usaha pembenihan ikan secara terkontrol dan missal belum mampu dikembangkan (Sutisna dan Sutarmanto, 1995)
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1. Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 11 – 14 Maret 2016 yang berlokasi di Balai Benih Ikan  (BBI) Jantho, Aceh Besar.
3.2. Alat Dan Bahan
            Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah:
Tabel 3.2.1. Alat dan Bahan
No
Alat dan Bahan
Jumlah
Fungsi
1
Perlengkapan tulis
Secukupnya
Untuk mencatat keterangan dari pemateri praktikum
2
Buku penuntun
Secukupnya
Sebagai tambahan saat proses wawancara
3
Kamera
1 unit
Untuk mengdokumentasikan  proses pengamatan
4
Ovaprim
1 botol
Untuk membantu proses pemijahan
5
Jarum suntik
Secukupnya
Untuk menyuntikan ovaprim pada induk
6
Gerobak semen
1
Untuk mengadukkan kapur pada saat pengapuran kolam
7
Kakaban
Secukupnya
Untuk tempat penempelan telur
8
Timbangan
1
Untuk menimbang induk yang akan dipijahkan
9
Induk ikan lele sangkuriang
6 ekor
Untuk dilakukan pemijahan dengan menggunakan ovaprim
10
Baskom
Secukupnya
Sebagai tempat pengadukan sperma dan telur agar dibuahi
11
Kapur tohor
Secukupnya
Digunakan untuk pengapuran kolam

3.3. Cara Kerja
3.3.1. Persiapan Kolam
·         Dilakukan pengeringan kolam yang digunakan sebelum ditebar benih ikan lele sampai tanah mulai mengering dan mengalami retak.
·         Dilakukan pengapuran dengan mengunakan kapur jenis tohor yang telah diaduk dengan air secukupnya dan ditebar di seluruh bagian kolam dengan merata.
·         Dilakukan pemupukan dengan menggunakan kotoran sapi kesuluruh bagian kolam dengan merata
3.3.2. Seleksi induk
·         Dilakukan pengeringan pada kolam induk
·         Diseleksi induk yang matang gonad dengan menangkapnya menggunakan jaring.
·         Selanjutnya induk siap dilakukan penyuntikan.
3.3.3. Penyuntikan hormon
·         Diambil induk betina dan jantan yang telah diseleksi dan ditimbang satu persatu.
·         Dilakukan penyuntikan hormon ovaprim dngan menggunakan jarum suntik dengan dosis 0,5 ml/ kg berat bobot induk.
·         Dimasukkan induk jantan dan betina yang sudah dilakukan penyuntikan dalam 1 wadah pemijahan dan dibiarkan selama 12 jam (sebaiknya pada malam hari).
3.3.4 Pengambilan sperma
·         Diambil induk jantan, kemudian dibedah bagian abdomen dan diambil kantung sperma
·         Setelah pengambilan kantung sperma, bagian yang dibedah pada induk jantan dijait kembali
·         Kantung sperma dicuci dengan NaCl dan digunting kecil-kecil kedalam wadah yang berisi larutan NaCl
3.3.5 Pengambilan gonad
·         Diambil induk betina dan dilakukan stripping untuk mengeluarkan telur
·         Telur ditampung dalam cawan
3.3.6 Fertilisasi
·         Dimasukkan cairan sperma kedalam cawan telur, ditambahkan air dan diaduk
·         Sperma dan telur ditebar kedalam kolam, dibiarkan selama 24 jam.
3.3.7 Pendederan
·         Setalah telur yang sudah menetas menjadi  larva dikakaban, dipindahkan larva tersebut ke kolam pendederan larva
3.3.8 Panen
·         Larva yang sudah menjadi benih siap dilakukan pemanenan dengan menggunakan jaring berukuran sesuai benih ikan.
3.3.9 Pasca panen
·         Dilakukan breeding untuk memisahkan ikan berdasarkan ukuran
·         Benih dipacking  kedalam wadah plastik dengan padat tebar 1000 ekor per kantong plastik.
·         Benih siap dipasarkan



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
4.1.1 Tabel Penggunaan Dosis Ovaprim
Induk
Berat (kg)
Dosis (ml)
Jantan
1
0,7 kg x 0,5 ml
0,35 ml
2
0,82 kg x 0,5 ml
0,41 ml
Betina
1
1 kg  x 0,5 ml
0,5 ml
2
0,9 kg x 0,5 ml
0,45 ml
3
1 kg x 0,5 ml
0,5 ml
4
0,87 kg x 0,5 ml
0,44 m
4.2 Pembahasan
4.2.1 Data Primer
a. Seleksi induk
Skema Seleksi Induk :


Pemilihan induk ikan  yang baik merupakan persyaratan yang krosial dalam kegiatan pembenihan ikan, hal ini dikarenakan dari hasil seleksi yang kurang baik maka benih yang akan dihasilkan juga tidak akan baik. Induk ikan lele yang bersifat unggul akan mempengaruhi kualitas benih yang dihasilkan. Banyak sekali pembenih ikan melakukan pemijahan dengan menggunakan induk yang tidak jelas asal usulnya  sehingga dimungkinkan terjadinya perkawinan sekerabat(Inbreeding) yang beresiko menuruni sifat resesif dari induknya yang bersifat merusak kualitas benih, diantaranya pertumbuhan benih yang dihasilkan lambat serta rentan terhadap serangan penyakit sehingga mengakibatkan kualitas benih yang dihasilkan jauh dari standar. Induk ikan lele yang digunakan sebaiknya tidak mengalami kelainan fisik maupun dari satu keturunan. Umur dan ukuran dari induk ikan lele sebaiknya berbeda untuk lebih memastikan keturunan dari induk dalam kegiatan pembenihan, maka sebaiknya dilakukan seleksi terhadap induk yang bersifat unggul sehingga hanya induk-induk produktif saja yang dipelihara sehingga dapat menekan biaya perawatan induk karena untuk merawat induk diperlukan biaya pakan dan lain-lain yang tidak sedikit.
Induk ikan lele yang berkualitas dapat ditentukan melalui ciri fisik dan faktor genetik. Induk yang bagus memiliki struktur organ yang lengkap dan proporsional sesuai dengan umur ikan. Sedangkan untuk ciri genetik dapat ditunjukkan dengan adanya sertifikat induk unggul dari unit produksi induk yang sudah melalui tahap uji. Induk ikan lele yang unggul akan memiliki keturunan dengan Feed Convertion Ratio (FCR) rendah sehingga akan meningkatkan penghasilan pendapatan bagi pembudidaya.
Adapun ciri-ciri induk ikan lele yang baik adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Induk Betina                                                               Gambar 2. Induk Jantan                       


·         Organ tubuh lengkap dan normal
·         Umur induk betina  mencapai 1,5 tahun
·         Umur induk jantan mencapai 1 tahun 
·         Bobot induk minimal 1 kg
·         Betina tubuh gemuk tidak berlemak 
·         Jantan bertubuh langsing dan rongga perut tidak berlemak 
·         Alat kelamin normal dan kemerah-merahan
·         Selama perawatan FCR rendah
Untuk mengetahui induk yang siap untuk dipijahkan,berikut ini ciri-ciri induk ikan lele yang baik :
Induk Betina :
·         Perut membesar dan lembek
·         Gerakan agak lambat dan jinak
·         Alat kelamin bulat, berwarna kemerahan dan tampak membesar
·         Warna tubuh secara umum menjadi coklat kemerahan
·         Warna sirip cenderung kemerahan
·         Bila perut diurut kearah alat kelamin akan keluar cairan telur
Induk Jantan :
·         Tubuh gemuk ramping
·         Gerakan lincah dan lebih gesit
·         Alat kelamin runcing dan mencapai sirip anus
·         Warna sirip cenderung kemerahan
b. Teknik pemijahan
Pemijahan ikan lele sangkuriang dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi alami (induced spawning) dan pemijahan buatan (induced/artificial breeding). Pemijahan alami dilakukan dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad kemudian dipijahkan secara alami di bak/wadah pemijahan dengan pemberian kakaban. Pemijahan semi alami dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara alami. Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikkan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara buatan.
Teknik pemijahan yang dilaksanakan oleh Mahasiswa Budidaya Perairan angkatan 2013 di Balai Benih Ikan (BBI) Jantho, Aceh Besar menggunakan teknik pemijahan secara buatan. Pemijahan buatan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
·         Penyuntikan ovaprim
Penyuntikan adalah kegiatan memasukkan hormon perangsang ke tubuh induk betina. Hormon perangsang yang digunakan adalah ovaprim. Penyuntikan ovaprim bertujuan untuk mempercepat kematangan gonad induk betina. Caranya, disiapkan induk betina yang sudah matang gonad, lalu disedot 0,5 ml ovaprim untuk setiap kilogram induk. Ovaprim disuntikkan ke dalam tubuh induk betina. dimasukkan induk yang sudah disuntik ke dalam bak lain dan biarkan selama 10 jam.

Penyuntikan juga bisa dilakukan dengan menggunakan ekstrak kelenjar hypofisa ikan nila atau lele dumbo.

·        






PPengambilan sperma
Pengambilan sperma pada induk jantan dilakukan dengan membelah bagian abdomen induk. Setelah diambil kantung sperma dicuci dengan NaCl dan digunting kecil kedalam wadah yang beriisi NaCl.



Pengeluaran gonad atau sel telur pada induk betina dilakukan dengan cara stripping. Stripping merupakan proses pemijatan induk yang bertujuan untuk mengeluarkan telur dari induk betina. Pemijatan dilakukan secara perlahan agar induk tidak stres. Telur yang dikeluarkan ditampung dalam cawan.



Selanjutnya pemijahan buatan dilakukan dengan mencampurkan sperma induk jantan yang berisi larutan NaCl dengan gonad atau sel telur induk betina kedalam suatu wadah. Sperma dan telur diaduk sampai homogen lalu ditebar kedalam bak penetasan telur.




 c. Teknik penetasan telur
Teknik penetasan telur dilakukan dengan menyiapkan bak penetasan telur yang sudah bersih dan steril. Diisi air kedalam bak setinggi 60 cm dan dimasukkan kakaban pada bagian bawah bak penetasan. Ikan lele memiliki kebiasaan meletakkan telur pada substrat, oleh sebab itu digunakan kakaban berupa ijuk dan batu. Setelah sperma dan telur ditebar kedalam bak penetasan, sperma dan telur akan menempel pada kakaban. Dibiarkan selama 24 jam untuk proses fertilisasi dan penetasan telur.
Telur yang baik akan menetas sampai 24 jam. Anak ikan yang keluar dari telur masih sangat kecil dan lemah. Telur-telur yang tidak terbuahi warna kuning susu dan tidak akan menetas serta akan membusuk. Telur-telur yang terbuahi terlihat kuning transparan dan akan menetas setelah 24 jam dikeluarkan oleh induk.



4.2.2 Data Sekunder
a. Manajemen pemberian pakan
Larva ikan lele hasil penetasan belum memiliki bentuk morfologi yang definitif (seperti induknya). Larva tersebut masih membawa cadangan makanan dalam bentuk kuning telur dan butir minyak. Cadangan makanan tersebut dimanfaatkan untuk proses perkembangan organ tubuh, khususnya untuk keperluan pemangsaan (feeding), seperti sirip, mulut, mata dan saluran pencernaan. Kuning telur tersebut biasanya akan habis dalam waktu 3 hari, sejalan dengan proses perkembangan organ tubuh larva. Oleh karena itu, larva ikan lele baru akan diberi pakan setelah umur 4 hari (saat cadangan makanan didalam tubuhnya habis). Pakan yang diberikan berupa pakan yang memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva agar larva ikan lebih mudah dalam mengkonsumsi pakan yang diberikan, pakan ikan juga bergerak sehingga mudah dideteksi dan dimangsa oleh larva, mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang tinggi. Salah satu contoh pakan yang diberikan pada saat larva ikan lele tersebut berumur 4 hari adalah emulsi kuning telur. Pada saat lele berumur 6 hari, maka dapat diberikan pakan berupa Daphnia sp (kutu air), Tubifex sp (cacing sutra) atau Artemia sp. Pakan tersebut diberikan secara adlibitum dengan frekuensi 5 kali dalam sehari dan agar tidak mengotori air pemeliharaan, maka diusahakan tidak ada pakan yang tersisa.

Adapun jadwal  pemberian pakan larva ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:

o    Emulsi kuning telur: Hari ke 4-5
o    Artemia sp: Hari ke 6-13
o    Daphnia sp: Hari 12-17
o    Tubifex sp: Hari 17-21
b.Pengelolaan kualitas air
Larva yang telah menetas biasanya berwarna hijau dan berkumpul didasar bak penetasan. Untuk menjaga kualitas air, maka sebaiknya selama pemeliharaan dilakukan pergantian air setiap 2 hari sekali sebanyak 50-70 %. Pergantian air ini dimaksudkan untuk membuang kotoran, seperti sisa cangkang telur atau telur yang tidak menetas dan mati. Kotoran-kotoran tersebut apabila tidak dibuang akan mengendap dan membusuk di dasar perairan yang menyebabkan timbulnya penyakit dan menyerang larva. Pembuangan kotoran tersebut dilakukan secara hati-hati agar larva tidak stress atau tidak ikut terbuang bersama kotoran.
Selain oksigen, faktor kualitas air yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan penetasan telur adalah suhu. Sampai batas tertentu, semakin tinggi suhu air media penetasan telur maka waktu penetasan menjadi semakin singkat. Akan tetapi, telur menghendaki suhu tertentu (suhu optimal) yang memberikan efisiensi pemanfaatan kuning telur yang maksimal, sehingga ketika telur menetas diperoleh larva yang berukuran lebih besar dengan kelengkapan organ yang lebih baik dan dengan kondisi kuning telur yang masih besar. Pada ikan lele, suhu optimum yang baik untuk penetasan telur adalah sekitar 29-31 oC.
c. Teknik pendederan larva
·         Menyiapkan bak untuk budidaya pakan alami berupa Dapnia sp atau Arthemia sp.
·         Setelah telur lebih dari 24 jam dan sudah terlihat banyak yang menetas maka kakaban diangkat secara hati-hati
·         Merawat larva. Larva yang baru beberapa hari menetas kondisinya masih sangat lemah. Larva ini tidak memerlukan pakan tambahan sampai menunggu kandungan kuning telurnya habis. Kandungan kuning telur akan habis setelah menetas 3-4 hari. Untuk menjaga mortalitas tinggi pertu dipasang aerasi.
·         Memberi pakan larva. Setelah 3 hari penetasan, kandungan kuning telur sudah habis dan harus segera diberi pakan tambahan. Pakan pertama dapat diberi kuning telur diblender setiap pagi dan sore sebanyak satu butir per 5000 ekor benih. Pada hari ke 6-13 diberikan pakan alami Artemia sp., Hari 12-17 Daphnia sp dan Hari 17-21 Tubifex sp.
d. Panen dan pasca panen
·         Packing
Alat Panen Benih Lele berupa seser, ember, waring, kantong plastik, tali karet, tabung udara, mangkok kecil. Pada hari ke-21 biasanya benih sudah bisa dipanen. Pemanenan dilakukan pada malam hari agar benih tidak mengalami stress. Setelah pemanenan benih langsung dipacking kedalam wadah plastic dan diberi oksigen. Selanjutnya benih siap dijual. Perhitungan hasil  dilakukan secara manual.
·         Breeding
Untuk memilih benih agar seragam digunakan ember plastik yang berlubang-lubang. Proses penyeragaman benih ini disebut breeding.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat disimpulkan:
1.      Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikkan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara buatan.
2.      Benih yang berkualitas diperoleh dari induk yang unggul
3.      Induk ikan lele yang berkualitas dapat ditentukan melalui ciri fisik dan faktor genetik
4.      Larva yang baru menetas masih membawa cadangan makanan dalam bentuk kuning telur dan butir minyak
5.      Benih ikan lele biasanya sudah bisa dipasarkan pada hari ke-21
5.2 Saran

            -
DAFTAR PUSTAKA
Hernowo, dkk. 2002. Pembenihan dan pembesaran Lele. Kanisius. Jakarta
Khairuman, 2002. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. Argo Media Pustaka.
Jakarta
Mahyudin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta
Santoso, B. 1995. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Lele Dumbo dan Lokal. Kanisius.
Yogyakarta.
Santoso, Heru. 2002. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Soetomo, 2003. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar baru Algensindo.      
Jakarta.
Suyanto. 1997. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI ORGANISME AKUATIK

HYMNE KKN KEBANGSAAN