LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI ORGANISME AKUATIK

FISIOLOGI ORGANISME
AKUATIK


Disusun Oleh:



Isra Safriani
1311102010042



Asisten Pembimbing:

Bachtiar Lubis



                     


JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fisiologi ikan dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi dan kegiatan kehidupan zat hidup (organ, jaringan, atau sel) dan fenomena fisika dan kimia yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan ikan. Ikan dapat menjaga keseimbangan dalam air karena memiliki organ-organ keseimbangan. Organ-organ keseimbangan tersebut yaitu, linea lateralis (gurat sisik), gelembung renang, dan sirip. Apabila salah satu bagian organ keseimbangan tersebut tidak berfungsi, maka akan sangat berpengaruh terhadap kestabilan tubuh. Dalam dunia perikanan pengetahuan tentang cara mengontrol keseimbangan air antara tubuh dan lingkungan sangat penting karena menyangkut metalitas dan survival rate dari ikan itu sendiri.
Keseimbangan tubuh ikan merupakan hal yang sangat penting karena apabila tidak ada keseimbangan tubuh maka cenderung aktivitas atau kegiatan akan terlambat.  Apabila salah satu organ keseimbangan ikan tersebut dirusak, maka akan berdampak pada gerakan atau atau posisi tubuh ikan.  Ikan dapat menjaga keseimbangan dalam air karena memiliki organ-organ keseimbangan.  Organ-organ keseimbangan tersebut yaitu linea lateralis (gurat sisik), gelembung renang, dan sirip. Apabila salah satu bagian organ keseimbangan tersebut tidak berfungsi, maka akan sangat berpengaruh terhadap kestabilan tubuh. Dalam dunia perikanan pengetahuan tentang cara mengontrol keseimbang air antara tubuh dan lingkungan sangat penting karena menyangkut metalitas dan survival rate dari ikan itu sendiri. Melihat pentingnya hal itu maka praktikum ini dilaksanakan.
Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah diukur dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang penting dalam mengatur aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun tumbuhan. Ini terutama disebabkan karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan sekaligus menentukan kegiatan metaboli, misalnya dalam hal respirasi. Sebagaimana halnya dengan faktor lingkungan lainnya, suhu mempunyai rentang yang dapat ditolerir oleh setiap jenis organisme. Masalah ini dijelaskan dalam kajian ekologi yaitu, “Hukum Toleransi Shelford”. Dengan alat yang relatif sederhana, percobaan tentang pengaruh suhu terhadap aktivitas respirasi organisme tidak sulit dilakukan, misalnya dengan menggunakan respirometer sederhana
Menghadapi fluktuasi kondisi lingkungan, ikan akan cinderung mempertahankan diri dengan cara menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Penyesuain diri disebabkan dalam keadaan perubahan suhu, cuaca lingkungan perairan, kondisi ekstrim atau perpindahan tempat hidup organisme, penyesuaian diri dilakukan secara bertahap (adaptasi fisiologis), perubahan lingkungan hidup habitat organisme akan cinderung terganggu dengan lingkungan yang baru, respon tersebut dapat dianalisa ketika organisme mengalami perubahan secara fisik maupun secara morfologi, biasanya akan mengekspresikan dirinya dalam bentuk  respon terhadap perubahan lingkungan dalam bentuk tingkah laku.
1.2 Tujuan Praktikum
            Praktikum ini bertujuan untuk:
Ø  Mengetahui tingkah laku dan keseimbangan tubuh ikan
Ø  Mengetahui perubahan suhu dingin media air terhadap kondisi fisik dan tingkah laku ikan
Ø  Mengetahui adaptasi ikan terhadap perubahan kondisi lingkungan asam-basa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan memiliki sejumlah sirip, sirip yang berpasangan adalah untuk gerak maju mundur misalnya sirip dada dan sirip perut. Sirip tunggal adalah untuk keseimbangan, misalnya sirip punggung dan sirip belakang.  Dimana sirip belakang terdapat lubang anus.  Di sisi tubuh ikan memanjang ke belakang terdapat gurat sisi dan di dalam gurat sisi tersebut terdapat ujung-ujung saraf neromas (Mahardono, 1979).
Sirip pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan gerak ikan. Sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus (A), dan sirip ekor (C). kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang lain bersifat tunggal. Tidak semua ikan di bumi ini memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna. Melainkan ada yang tidak lengkap, (Saanin, 1984).
Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisitubuh ikan mulai dari posterior operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang-lubang yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf (Afandi, 1992)
Ikan merupakan binatang berdarah dingin, sehingga metabolisme dalam tubuh tergantung pada suhu lingkungannya, termasuk kekebalan tubuhnya. Suhu luar atau eksternal yang berfluktuasi terlalu besar akan berpengaruh pada sistem metabolism. Konsumsi oksigen dan fisiologi tubuh ikan akan mengalami kerusakan atau kekacauan sehingga ikan akan sakit. Suhu rendah akan mengurangi imunitas (kekebalan tubuh) ikan, sedangkan suhu tinggi akan mempercepat ikan terkena infeksi bakteri. Pengaruh aklimatisasi atau adaptasi dapat ditoleransi oleh ikan tertentu. Penurunan atau kenaikan suhu yang terjadi perlahan-lahan tidak akan terlalu membahayakan ikan. Sementara perubahan yang terjadi secara tiba-tiba akan membuat ikan stress. Akibatnya, ikan menjadi stres, tidak ada keseimbangan dan menurun sistem sarafnya (Lesmana, 2002).
Peningkatan suhu perairan sebesar 100C menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2-3 kali lipat. Namun, peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi (Effendi 2003).
Pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf. Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat mulainya pemijahan pada beberapa jenis ikan. Suhu air dan arus selama dan setelah pemijahan adalah faktor-faktor yang paling penting yang menentukan “kekuatan keturunan” dan daya tahan larva pada spesies-spesies ikan yang paling penting secara komersil. Suhu ekstrim pada daerah pemijahan (spawning ground) selama musim pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah tersebut (Dahuri, 2001).
Adanya penyakit ikan berhubungan dengan naik turunnnya nilai pH. Biasanya bakteri akan tumbuh baik pada pH basa, sementara jamur tumbuh baik pada pH asam. Nilai pH air pada siang hari berbeda dengan malam hari. Pada pagi hari, pH air akan turun, sedangkan pada sore hari akan naik. Hal ini disebabkan gas karbondioksida banyak diproduksi pada malam hari. Banyaknya produksi gas karbondioksida karena malam hari tidak ada sinar matahari. Karbondioksida sangat berpengaruh pada penurunan nilai pH atau nilai asam (Lesmana dan Dermawan, 2001).
Setiap jenis ikan memiliki kemampuan toleransi yang berbeda terhadap pH. Bahkan, ikan dewasa akan lebih baik toleransinya terhadap pH dibanding ikan ukuran lebih kecil, larva, ataupun telur. Selain itu, setiap jenis ikan memiliki nilai pH optimal tergantung asal atau habitat aslinya. Pada lingkungan yang berubah terlalu asam atau tidak tertoleransi di bawah 5,5 atau terlalu alkali atau di atas 8,0 maka akan terjadi reaksi di dalam tubuh ikan sehingga mempengaruhi perilakunya. Perubahan pH secara mendadak akan menyebabkan ikan meloncat-loncat atau berenang sangat cepat dan tampak seperti kekurangan oksigen hingga mati mendadak. Sementara perubahan pH secara perlahan akan menyebabkan lendir keluar berlebihan, kulit menjadi keputiihan dan mudah terkena bakteri (Lesmana, 2002).
Toksisitas suatu senyawa kimia dipengaruhi oleh derajat keasaman suatu media. Nilai pH penting untuk menentukan nilai guna suatu perairan. Batas toleransi organisme air terhadap pH adalah bervariasi tergantung suhu, kadar oksigen terlarut, adanya ion dan kation, serta siklus hidup organisme tersebut. Sedang titik batsas kematian organisme air tehadap pH adalah pH 4 dan pH 11, (Brand Tso, 2009).




BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 7 November 2015 pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Basah Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
3.2 Alat dan Bahan
            Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini sebagai berikut:
3.2.1 Tabel Alat dan Bahan Praktiukum Dinamika dan Keseimbangan Tubuh Ikan
No.
Alat dan Bahan
Jumlah
1.
Gunting
1 Unit
2.
Akuarium
1 Unit
3.
Oreochromis niloticus
1 Ekor
4.
Air
Secukupnya

3.2.2 Tabel Alat dan Bahan Kajian Suhu Terhadap Fisiologis Ikan
No.
Alat dan Bahan
Jumlah
1.
Akuarium
1 Unit
2.
Wadah Plastik
1 Unit
3.
Fiber
1 Unit
4.
Palu
1 Unit
5.
Oreochromis niloticus
3 Ekor
6.
Es Batu
10 buah
7.
Termometer
1 Unit

3.2.3 Tabel Alat dan Bahan Uji Kondisi Lingkungan Asam-Basa
No.
Alat dan Bahan
Jumlah
1.
Akuarium
1 Unit
2.
pH Indikator
Secukupnya
3.
Oreochromis niloticus
2 Ekor
4.
Channa striata
2 Ekor
5.
Asam Cuka
1 Botol
6.
Detergen
600 gr

3.2        Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah:
3.2.1        Kondisi Lingkungan Asam dan Basa
Prosedur pengerjaan yang dilakuan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
-          Ikan yang akan di jadikan sampel praktikum diaklitimasi terlebih dahulu pada wadah akuarium yang telah di isi air yang bersih.
-          Selanjutnya di siapkan tiga akuarium untuk di bagi masing-masing yaitu satu akuarium untuk pH air asam, satu akuarium untuk perlakuan dan satu akuarium untuk pH normal.
-          Dengan menggunakan pH meter ukur pH air masing-masing akuarium. Diberi asam cuka sedikit demi sedikit sampai kadar pH sesuai dengan perlakuan yang diinginkan. Untuk mengatur pH basa berikan perlakuan penambahan deterjen sedikit demi sedikit sampai kadar pH basa sesuai dengan yang diinginkan.
-          Perlakuan lingkungan akuarium yang bersifat pH asam di atur dengan pemberian asam cuka sampai pH air  mencapai pH 6, pH 5 dan pH 4.
-          Pengamatan dilakukan secara bertahap dengan parameter waktu selama 5, 10, dan 15 menit, setelah itu catat hasilnya.
-          Perlakuan lingkungan akuarium yang bersifat pH basa di atur dengan pemberian deterjen sampai pH air  mencapai pH 8, pH 9, pH 10.
-          Pengamatan dilakukan secara bertahap dengan parameter waktu selama 5, 10, dan 15 menit, setelah itu catat hasilnya.

3.2.2        Kajian Suhu Terhadap Fisiologis Ikan
Prosedur pengerjaan yang dilakuan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
-          Diaklimitas 3 ekor ikan dari wadah plastic, dimasukan ke dalam salah satu wadah yang telah diberi air.
-          Di masukan air ke dalam wadah secukupnya, lalu di ukur suhunya dengan thermometer dengan dimasukan bongkahan es sesuai dengan suhu perlakuan.
-          Pemantauan akan dilakukan tiga perlakuan dan satu control, yaitu:
a.       Suhu kamar (kontrol)
b.      Suhu diturunkan 3
c.       Suhu diturunkan 6
d.      Suhu diturunkan 9
-          Ketiga ikan yang diamati dimasukan ke dalam wadah toples yang sudah di beri perlakuan(perlakuan 3.a/kontrol) selanjutnya hitung aktifitas membuka dan menutup operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan stopwatch sebagai petunjuk waktu lalu diulang sebanyak tiga kali untuk masing-masing ikan. Data yang diperoleh dicata pada kertas lembar kerja yang telah tersedia.
-          Setelah itu dilanjutkan dengan perlakuan berikutnya sampai ketiga tersebut teramati. Ikan yang telah diamati diletakan ke dalam wadah plastik lain.
-          Dilanjutkan dengan perlakuan 3.b dengan mengatur suhu air pada wadah diturunkan Suhu diturunkan 3  dengan suhu yang diinginkan menggunakan es batu. Perlakuan dan pengamatan sama sepereti pada prosedur nomor 5.
-          Perlakuan 3.c dan 3.b (suhu Suhu diturunkan 6  dan suhu 6 ), dilakukan dengan mengatur suhu air pada wadah yaitu suhu yang diinginkan dengan menggunakan es batu. Perlakuan dan pengamatan sama seperti prosedur no 4 dan no 5.
-          Data hasil pengamatan dimasukan ke dalam table yang telah disediakan.
3.2.3        Dinamika dan Kesiembangan Tubuh Ikan
Prosedur pengerjaan yang dilakuan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
-          Pertama-tama di siapkan wadah dan di isi dengan air dan di siapkan ikan sebagai bahan praktek.
-          Percobaan pertama diletakan ikan normal ke dalam wadah dan di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-          Percobaan kedua di masukan ikan kedalam wadah dengan memotong sirip dorsalnya, kemudian di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-          Percobaan ketiga di masukan ikan kedalam wadah dengan memotong sirip pectoralnya, kemudian di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-          Percobaan keempat di masukan ikan kedalam wadah dengan memotong sirip ventralnya, kemudian di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-          Percobaan kelima di masukan ikan kedalam wadah dengan memotong sirip analnya, kemudian di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-          Percobaan keenam di masukan ikan kedalam wadah dengan memotong sirip caudalnya, kemudian di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-          Percobaan ketujuh di masukan ikan kedalam wadah dengan memotong seluruh siripnya, kemudian di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-          Percobaan kedelapan di masukan ikan kedalam wadah dengan di cabutin seluruh sisiknya, kemudian di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-          Percobaan ke sembilan di masukan ikan kedalam wadah dengan merusak sisik linea lateralisnya, kemudian di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil Pengamatan
            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:
 4.1.1 Tabel Keseimbangan tubuh ikan
Pemotongan Sirip
Ciri-ciri
Normal
Ø  Gerakan ikan lincah
Ø   Tubuh ikan seimbang
Ø  Pergerakan stabil
Dorsal
Ø  Pergerakkannya hanya di dasar
Ø   Pergerakannya lambat
Ø  Keseimbangannya tidak stabil dan sering menabrak dinding
Pectoral
Ø  Susah untuk membelokkan tubuhnya
Ø   Posisi kepala selalu menukik kebawah
Ventral
Ø  Berenang tidak terarah
Ø  Selalu menabraki dinding
Ø  Selalu berenang di dasar
Anal
Ø  Selalu berenang di dasar
Ø  Posisi kepala menukik kebawah
Ø  Gerakannya lambat
Caudal
Ø  Gerakannya tidak lurus
Ø  Gerakannya lambat
Ø  Posisi kepala menukik kebawah
Semua Sirip
Ø  Keseimbangan tubuhnya hilang
Ø   Tidak mampu untuk berenang

 4.1.2 Tabel Kajian Suhu Terhadap Fisiologi Ikan
Suhu
Ikan
Ulangan
Rata-Rata
Tingkah laku
Kondisi Fisik
I
II
III
 28
1
140
   126
110
125
Lincah, Normal
Stabil
2
110
112
115
112
3
160
125
120
135
Suhu
Ikan
Ulangan
Rata-Rata
Tingkah laku
Kondisi Fisik
I
II
III
 25  
1
105
96
93
98
Bukaan operculum mulai lebih lambat dari suhu awal
Stabil
2
93
89
132
105
3
130
132
110
124




Suhu
Ikan
Ulangan
Rata-Rata
Tingkah laku
Kondisi Fisik
I
II
III
 22  
1
108
94
113
105
Bukaan operculum tidak stabil, lebih cepat dan lebih lambat dari suhu sebelumnya
Stabil
2
87
92
106
95
3
120
96
98
105


Suhu
Ikan
Ulangan
Rata-Rata
Tingkah laku
Kondisi Fisik
I
II
III
  19
1
82
80
72
78
Bukaan operculum sangat lambat dan cenderung tidak bergerak/berenang
Stabil
2
79
70
69
72
3
92
90
81
88

 4.1.3 Tabel Kondisi Lingkungan Asam dan Basa
Jenis ikan
Waktu
Gerakan operculum pH asam
Gerakan operculum pH basa
pH 6
pH 5
pH 4
pH 8
pH 9
pH 10
Ikan Gabus
1
8
7
2
2
2
1
5
20
4
0
0
0
0
6
23
2
6
1
2
1
10
24
3
     0
1
1
0
11
27
2
4
0
0
0
15
27
1
7
0
0
1
Ikan Nila
1
103
89
45
54
-
-
5
104
76
48
70
-
-
6
109
42
45
35
-
-
10
97
67
60
-
-
-
11
105
58
56
-
-
-
15
109
56
65
-
-
-

4.2. Pembahasan
Pada pengamatan keseimbangan tubuh ikan dapat diamati bahwa pada ikan normal yang tidak di rusak alat keseimbangan maka akan memiliki keseimbangan tubuh yang baik, sedangkan pada ikan yang telah di rusak  alat keseimbangannya akan mengalami gangguan dalam pergerakannya.  Hal ini jelas terlihat pada saat di lakukan pemotongan dan pengrusakan pada organ keseimbangannya.
Ikan yang telah di potong sirip dorsal tampak mengalami gangguan keseimbangan terutama pada saat ikan akan berbelok. Perubahan gaya berenang ikan begitu jelas terlihat, tubuh ikan mulai miring kekanan dan kekiri karena keseimbangannya tidak stabil. hal tersebut terjadi karena hilangnya fungsi sirip dorsal. Pengaturan arah sirip dorsal begitu besar, bahkan lebih dominan dibandingkan dengan sirip anal. Fungsi utama sirip ini yaitu untuk mengatur pergerakan ikan ke arah kiri dan kanan ketika bergerak maju.
Ketika sirip pectoral pada ikan di potong, ikan masih dapat berenang akan tetapi ikan cenderung berenang lurus, hal ini di sebabkan karena sirip pectoral merupakan salah satu sirip yang di gunakan ikan untuk berenang maju, kesamping dan diam. Hal ini di perkuat dengan adanya pernyataan yang mengatakan  bahwa sirip ikan di pergunakan ikan ketika ikan bergerak kesamping, maju kearah depan secara pelan atau lambat.
Ketika sirip ventral dipotong, ikan berenang tidak terarah, selalu menabraki dinding dan Selalu berenang di dasar. Hal ini dikarenakan ikan kehilangan fungsi sirip ventralnya dalam membantu menstabilkan ikan saat renang. Selain itu juga, sirip ventral berfungsi dalam membantu untuk menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman baik didasar maupun dipermukaan.
Ketika Sirip Anal dipotong, ikan selalu berenang di dasar, posisi kepala menukik kebawah dan gerakannya lambat. Sirip anal adalah  sirip yang berada dibagian ventral tubuh di daerah posterior. Sirip ini berfungsi membantu dalam stabilitas berenang ikan. Ketika sirip ekor dipotong, pergerakan ikan menjadi tidak lurus dan lambat, cenderung tidak bergerak maju atau mundur. Hal ini karena ikan kehilangan fungsi ekor sebagai pendorong utama ketika berenang (maju) dan juga sebagai kemudi ketika bermanuver.
Pada saat sisik ikan di rusak, ikan tersebut menjadi sangat liar akan tetapi ikan sering menabrak dinding akuarium. Hal ini di sebabkan karena ketika sisik ikan di rusak, linea literalisnya juga ikut rusak. Ikan yang dirusak sisiknya ini tidak dapat bertahan lama jika di budidayakan, karena ikan yang di rusak sisiknya akan mudah terserang penyakit. Hal ini karena adaptasi pada bagian sisik ikan memainkan peran penting. Ikan air tawar yang kehilangan banyak sisik akan mendapatkan kelebihan air yang berdifusi kedalam kulit, dan dapat menyebabkan kematian.
Pergerakan ikan berubah menjadi sangat agresif ketika linea literalis pada ikan di rusak, ikan menjadi sering muncul di permukaan akuarium dan terkadang menabrak dinding akuarium, hal ini menunjukkan bahwa linea literalis sangat berpengaruh pada keseimbangan tubuh ikan, karena linea literalis merupakan organ sensori ikan yang dapat mendeteksi perubahan gelombang. Selain itu, linea lateralis juga berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasi lingkungan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan  Irianto (2003), perubahan lingkungan dapat diketahui oleh tubuh ikan, karena tubuh ikan dilengkapi dengan alat penerima rangsang, baik fisik maupun kimia.
 Frekuensi membuka serta menutupnya operculum pada ikan nila sering terjadi pada suhu normal, yaitu 28 . Pada suhu 28  semakin sering ikan itu membuka serta menutup mulutnya, hal ini dapat kita simpulkan bahwa bila suhu meningkat, maka laju metabolisme ikan akan meningkat sehingga gerakan membuka dan menutupnya operculum ikan akan lebih cepat daripada suhu awal kamar, serta sebaliknya pula jika suhu menurun maka semakin jarang pula ikan itu membuka serta menutup mulutnya. Pada peristiwa temperature dibawah suhu kamar maka tingkat frekuensi membuka dan menutupnya operculum akan semakin lambat dari pada suhu kamar. Dengan adanya penurunan temperature, maka terjadi penurunan metabolisme pada ikan yang mengakibatkan kebutuhan O menurun, sehingga gerakannya melambat. Penurun O juga dapat menyebabkan kelarutan O di lingkungannya meningkat. Dalam tubuh ikan suhunya bisa berkisar ± 1° dibandingkan temperature linkungannya. Maka dari itu, perubahan yang mendadak dari temperature lingkungan akan sangat berpengaruh pada ikan itu sendiri.
Berdasarkan hasil pengamatan, pH perairan untuk ikan nila dan ikan gabus berbeda. Ikan gabus memiliki toleransi yang sangat tinggi terhadap perubahan kondisi asam-basa perairan sedangkan ikan nila memiliki toleran yang sangat minim. Pada pH normal 7-6, bukaan operculum ikan nila dan ikan gabus cenderung lebih cepat dibanding setelah pH dinaikkan. Pada kenaikan kondisi asam 6-4 kedua ikan ini masih dapat bertoleransi dan bertahan hidup, namun kegiatan membuka dan menutupnya operculum semakin lambat seiiring bertambahnya keasaman pH.  Ketika kondisi basa dinaikkan 8-10, ikan nila dapat disimpulkan tidak dapat mentolerasi kondisi ini. Ikan nila bahkan mati pada pH basa yang tidak terlalu tinggi, yaitu pH 8 pada menit ke 10. Sedangkan ikan gabus masih dapat mentolerir bahkan sampai tingkat basa 10. Dapat disimpulkan bahwa tingkat toleransi ikan terhadap pH berbeda seiring dengan kenaikan dan penurunan pH. Kegiatan membuka dan menutupnya operculum juga sangat berpengaruh terhadap kondisi pH diperairan.
           


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Ikan kehilangan keseimbangan jika salah satu organ dipotong atau hilang
2.      Suhu berpengaruh terhadap pergerakan dan metabolisme ikan
3.      Pergerakan ikan semakin lambat seiring dengan penurunan suhu
4.       Frekuensi membuka serta menutupnya operculum pada ikan nila lebih sering terjadi pada suhu tinggi
5.      Ikan gabus memiliki toleransi yang tinggi terhadap kenaikan dan penurunan pH perairan

5DAFTAR PUSTAKA
Afandi, 1992. Ikhtiologi, Suatu Panduan Kerja Laboratorium. Depdikbud, IPB, Bogor.
Brandt Tso, Paul Mather, 2009,  Classification Methods For Remotely Sensed Data, Taylor &        Francis Group, LLC
Dahuri, Rokhmin., J. Rais., S.P.Ginting., M.J.Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah
 Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Cetakan kedua, Penerbit Pradnya Paramita. Jakarta
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius. Jakarta.
Lesmana Darti S. 2002. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mahardono, 1979.  Anatomi Ikan.  PT Intermasa, Jakarta.
Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi IkanJilid II. Binacipta Bandung.

Komentar

  1. m88 casino online slots - Thakasino
    m88 casino online slots. If you want ทางเข้า m88 to play games for real money on a 24/7 or 24/7 basis, 10bet we have the best software on the market, we have games that

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HYMNE KKN KEBANGSAAN

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN LELE SANGKURIANG