LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI ORGANISME AKUATIK
AKUATIK
Disusun Oleh:
Isra Safriani
1311102010042
Asisten Pembimbing:
Bachtiar
Lubis

JURUSAN
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Fisiologi
ikan dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi dan kegiatan
kehidupan zat hidup (organ, jaringan, atau sel) dan fenomena fisika dan kimia
yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan ikan. Ikan dapat menjaga
keseimbangan dalam air karena memiliki organ-organ keseimbangan. Organ-organ
keseimbangan tersebut yaitu, linea lateralis (gurat sisik), gelembung renang,
dan sirip. Apabila salah satu bagian organ keseimbangan tersebut tidak
berfungsi, maka akan sangat berpengaruh terhadap kestabilan tubuh. Dalam dunia
perikanan pengetahuan tentang cara mengontrol keseimbangan air antara tubuh dan
lingkungan sangat penting karena menyangkut metalitas dan survival rate dari
ikan itu sendiri.
Keseimbangan
tubuh ikan merupakan hal yang sangat penting karena apabila tidak ada
keseimbangan tubuh maka cenderung aktivitas atau kegiatan akan
terlambat. Apabila salah satu organ keseimbangan ikan tersebut
dirusak, maka akan berdampak pada gerakan atau atau posisi tubuh
ikan. Ikan dapat menjaga keseimbangan dalam air karena memiliki
organ-organ keseimbangan. Organ-organ keseimbangan tersebut yaitu
linea lateralis (gurat sisik), gelembung renang, dan sirip. Apabila salah satu
bagian organ keseimbangan tersebut tidak berfungsi, maka akan sangat
berpengaruh terhadap kestabilan tubuh. Dalam dunia perikanan pengetahuan
tentang cara mengontrol keseimbang air antara tubuh dan lingkungan sangat
penting karena menyangkut metalitas dan survival rate dari ikan itu sendiri.
Melihat pentingnya hal itu maka praktikum ini dilaksanakan.
Suhu
merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah diukur
dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang penting dalam mengatur
aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun tumbuhan. Ini terutama
disebabkan karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan
sekaligus menentukan kegiatan metaboli, misalnya dalam hal respirasi.
Sebagaimana halnya dengan faktor lingkungan lainnya, suhu mempunyai rentang
yang dapat ditolerir oleh setiap jenis organisme. Masalah ini dijelaskan dalam
kajian ekologi yaitu, “Hukum Toleransi Shelford”. Dengan alat yang relatif
sederhana, percobaan tentang pengaruh suhu terhadap aktivitas respirasi
organisme tidak sulit dilakukan, misalnya dengan menggunakan respirometer
sederhana
Menghadapi fluktuasi kondisi
lingkungan, ikan akan cinderung mempertahankan diri dengan cara menyesuaikan
diri terhadap lingkungan. Penyesuain diri disebabkan dalam keadaan perubahan
suhu, cuaca, lingkungan perairan, kondisi
ekstrim atau perpindahan tempat hidup organisme, penyesuaian diri dilakukan
secara bertahap (adaptasi fisiologis), perubahan lingkungan hidup habitat
organisme akan cinderung terganggu dengan lingkungan yang baru, respon tersebut
dapat dianalisa ketika organisme mengalami perubahan secara fisik maupun secara
morfologi, biasanya akan mengekspresikan dirinya dalam bentuk respon
terhadap perubahan lingkungan dalam bentuk tingkah laku.
1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum
ini bertujuan untuk:
Ø Mengetahui
tingkah laku dan keseimbangan tubuh ikan
Ø Mengetahui
perubahan suhu dingin media air terhadap kondisi fisik dan tingkah laku ikan
Ø Mengetahui
adaptasi ikan terhadap perubahan kondisi lingkungan asam-basa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan
memiliki sejumlah sirip, sirip yang berpasangan adalah untuk gerak maju mundur
misalnya sirip dada dan sirip perut. Sirip tunggal adalah untuk keseimbangan,
misalnya sirip punggung dan sirip belakang. Dimana sirip belakang
terdapat lubang anus. Di sisi tubuh ikan memanjang ke belakang
terdapat gurat sisi dan di dalam gurat sisi tersebut terdapat ujung-ujung saraf
neromas (Mahardono, 1979).
Sirip
pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan gerak ikan. Sirip pada ikan
terdiri dari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus
(A), dan sirip ekor (C). kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti
pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang lain bersifat tunggal. Tidak
semua ikan di bumi ini memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara
sempurna. Melainkan ada yang tidak lengkap, (Saanin, 1984).
Linea
lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara
langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisitubuh ikan mulai dari
posterior operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis
terdapat lubang-lubang yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar
tubuh dengan sistem canal yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh
syaraf (Afandi, 1992)
Ikan
merupakan binatang berdarah dingin, sehingga metabolisme dalam tubuh tergantung
pada suhu lingkungannya, termasuk kekebalan tubuhnya. Suhu luar atau eksternal
yang berfluktuasi terlalu besar akan berpengaruh pada sistem metabolism. Konsumsi
oksigen dan fisiologi tubuh ikan akan mengalami kerusakan atau kekacauan
sehingga ikan akan sakit. Suhu rendah akan mengurangi imunitas (kekebalan
tubuh) ikan, sedangkan suhu tinggi akan mempercepat ikan terkena infeksi
bakteri. Pengaruh aklimatisasi atau adaptasi dapat ditoleransi oleh ikan
tertentu. Penurunan atau kenaikan suhu yang terjadi perlahan-lahan tidak akan
terlalu membahayakan ikan. Sementara perubahan yang terjadi secara tiba-tiba
akan membuat ikan stress. Akibatnya, ikan menjadi stres, tidak ada keseimbangan
dan menurun sistem sarafnya (Lesmana, 2002).
Peningkatan
suhu perairan sebesar 100C menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen
oleh organisme akuatik sekitar 2-3 kali lipat. Namun, peningkatan suhu ini
disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen
sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme akuatik untuk
melakukan proses metabolisme dan respirasi (Effendi 2003).
Pengaruh
suhu terhadap ikan adalah dalam proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan
pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam
rangsangan syaraf. Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas
terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat mulainya
pemijahan pada beberapa jenis ikan. Suhu air dan arus selama dan setelah
pemijahan adalah faktor-faktor yang paling penting yang menentukan “kekuatan
keturunan” dan daya tahan larva pada spesies-spesies ikan yang paling penting
secara komersil. Suhu ekstrim pada daerah pemijahan (spawning ground) selama
musim pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di
daerah tersebut (Dahuri, 2001).
Adanya
penyakit ikan berhubungan dengan naik turunnnya nilai pH. Biasanya bakteri akan
tumbuh baik pada pH basa, sementara jamur tumbuh baik pada pH asam. Nilai pH
air pada siang hari berbeda dengan malam hari. Pada pagi hari, pH air akan
turun, sedangkan pada sore hari akan naik. Hal ini disebabkan gas
karbondioksida banyak diproduksi pada malam hari. Banyaknya produksi gas
karbondioksida karena malam hari tidak ada sinar matahari. Karbondioksida
sangat berpengaruh pada penurunan nilai pH atau nilai asam (Lesmana dan
Dermawan, 2001).
Setiap
jenis ikan memiliki kemampuan toleransi yang berbeda terhadap pH. Bahkan, ikan
dewasa akan lebih baik toleransinya terhadap pH dibanding ikan ukuran lebih
kecil, larva, ataupun telur. Selain itu, setiap jenis ikan memiliki nilai pH
optimal tergantung asal atau habitat aslinya. Pada lingkungan yang berubah terlalu
asam atau tidak tertoleransi di bawah 5,5 atau terlalu alkali atau di atas 8,0
maka akan terjadi reaksi di dalam tubuh ikan sehingga mempengaruhi perilakunya.
Perubahan pH secara mendadak akan menyebabkan ikan meloncat-loncat atau
berenang sangat cepat dan tampak seperti kekurangan oksigen hingga mati
mendadak. Sementara perubahan pH secara perlahan akan menyebabkan lendir keluar
berlebihan, kulit menjadi keputiihan dan mudah terkena bakteri (Lesmana, 2002).
Toksisitas
suatu senyawa kimia dipengaruhi oleh derajat keasaman suatu media. Nilai pH
penting untuk menentukan nilai guna suatu perairan. Batas toleransi organisme
air terhadap pH adalah bervariasi tergantung suhu, kadar oksigen terlarut,
adanya ion dan kation, serta siklus hidup organisme tersebut. Sedang titik
batsas kematian organisme air tehadap pH adalah pH 4 dan pH 11, (Brand Tso,
2009).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 7 November
2015 pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Basah Fakultas
Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
3.2
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini sebagai
berikut:
3.2.1
Tabel Alat dan Bahan Praktiukum Dinamika dan Keseimbangan Tubuh Ikan
No.
|
Alat
dan Bahan
|
Jumlah
|
1.
|
Gunting
|
1 Unit
|
2.
|
Akuarium
|
1 Unit
|
3.
|
Oreochromis niloticus
|
1 Ekor
|
4.
|
Air
|
Secukupnya
|
3.2.2
Tabel Alat dan Bahan Kajian Suhu Terhadap Fisiologis Ikan
No.
|
Alat
dan Bahan
|
Jumlah
|
1.
|
Akuarium
|
1 Unit
|
2.
|
Wadah
Plastik
|
1 Unit
|
3.
|
Fiber
|
1 Unit
|
4.
|
Palu
|
1 Unit
|
5.
|
Oreochromis niloticus
|
3 Ekor
|
6.
|
Es
Batu
|
10 buah
|
7.
|
Termometer
|
1 Unit
|
3.2.3
Tabel Alat dan Bahan Uji Kondisi Lingkungan Asam-Basa
No.
|
Alat
dan Bahan
|
Jumlah
|
1.
|
Akuarium
|
1 Unit
|
2.
|
pH Indikator
|
Secukupnya
|
3.
|
Oreochromis
niloticus
|
2 Ekor
|
4.
|
Channa
striata
|
2 Ekor
|
5.
|
Asam Cuka
|
1 Botol
|
6.
|
Detergen
|
600 gr
|
3.2
Cara
Kerja
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum
kali ini adalah:
3.2.1
Kondisi Lingkungan Asam dan Basa
Prosedur pengerjaan yang dilakuan
dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
-
Ikan yang akan di jadikan sampel
praktikum diaklitimasi terlebih dahulu pada wadah akuarium yang telah di isi
air yang bersih.
-
Selanjutnya di siapkan tiga akuarium
untuk di bagi masing-masing yaitu satu akuarium untuk pH air asam, satu akuarium
untuk perlakuan dan satu akuarium untuk pH normal.
-
Dengan menggunakan pH meter ukur pH air
masing-masing akuarium. Diberi asam cuka sedikit demi sedikit sampai kadar pH
sesuai dengan perlakuan yang diinginkan. Untuk mengatur pH basa berikan
perlakuan penambahan deterjen sedikit demi sedikit sampai kadar pH basa sesuai
dengan yang diinginkan.
-
Perlakuan lingkungan akuarium yang
bersifat pH asam di atur dengan pemberian asam cuka sampai pH air mencapai pH 6, pH 5 dan pH 4.
-
Pengamatan dilakukan secara bertahap
dengan parameter waktu selama 5, 10, dan 15 menit, setelah itu catat hasilnya.
-
Perlakuan lingkungan akuarium yang
bersifat pH basa di atur dengan pemberian deterjen sampai pH air mencapai pH 8, pH 9, pH 10.
-
Pengamatan dilakukan secara bertahap
dengan parameter waktu selama 5, 10, dan 15 menit, setelah itu catat hasilnya.
3.2.2
Kajian Suhu Terhadap Fisiologis Ikan
Prosedur
pengerjaan yang dilakuan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
-
Diaklimitas 3 ekor ikan dari wadah
plastic, dimasukan ke dalam salah satu wadah yang telah diberi air.
-
Di masukan air ke dalam wadah
secukupnya, lalu di ukur suhunya dengan thermometer dengan dimasukan bongkahan
es sesuai dengan suhu perlakuan.
-
Pemantauan akan dilakukan tiga perlakuan
dan satu control, yaitu:
a. Suhu
kamar (kontrol)
b. Suhu
diturunkan 3
c. Suhu
diturunkan 6
d. Suhu
diturunkan 9
-
Ketiga ikan yang diamati dimasukan ke
dalam wadah toples yang sudah di beri perlakuan(perlakuan 3.a/kontrol)
selanjutnya hitung aktifitas membuka dan menutup operculum ikan tersebut selama
satu menit dengan menggunakan stopwatch sebagai petunjuk waktu lalu diulang
sebanyak tiga kali untuk masing-masing ikan. Data yang diperoleh dicata pada
kertas lembar kerja yang telah tersedia.
-
Setelah itu dilanjutkan dengan perlakuan
berikutnya sampai ketiga tersebut teramati. Ikan yang telah diamati diletakan
ke dalam wadah plastik lain.
-
Dilanjutkan dengan perlakuan 3.b dengan
mengatur suhu air pada wadah diturunkan Suhu diturunkan 3
dengan suhu yang diinginkan menggunakan es
batu. Perlakuan dan pengamatan sama sepereti pada prosedur nomor 5.
-
Perlakuan 3.c dan 3.b (suhu Suhu
diturunkan 6
dan suhu 6
), dilakukan dengan mengatur suhu air
pada wadah yaitu suhu yang diinginkan dengan menggunakan es batu. Perlakuan dan
pengamatan sama seperti prosedur no 4 dan no 5.
-
Data hasil pengamatan dimasukan ke dalam
table yang telah disediakan.
3.2.3
Dinamika dan Kesiembangan Tubuh Ikan
Prosedur pengerjaan yang dilakuan
dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
-
Pertama-tama di siapkan wadah dan di isi
dengan air dan di siapkan ikan sebagai bahan praktek.
-
Percobaan pertama diletakan ikan normal
ke dalam wadah dan di amati gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
-
Percobaan kedua di masukan ikan kedalam
wadah dengan memotong sirip dorsalnya, kemudian di amati gerakannya dan di
catat hasil pengamatannya.
-
Percobaan ketiga di masukan ikan kedalam
wadah dengan memotong sirip pectoralnya, kemudian di amati gerakannya dan di
catat hasil pengamatannya.
-
Percobaan keempat di masukan ikan
kedalam wadah dengan memotong sirip ventralnya, kemudian di amati gerakannya
dan di catat hasil pengamatannya.
-
Percobaan kelima di masukan ikan kedalam
wadah dengan memotong sirip analnya, kemudian di amati gerakannya dan di catat
hasil pengamatannya.
-
Percobaan keenam di masukan ikan kedalam
wadah dengan memotong sirip caudalnya, kemudian di amati gerakannya dan di
catat hasil pengamatannya.
-
Percobaan ketujuh di masukan ikan
kedalam wadah dengan memotong seluruh siripnya, kemudian di amati gerakannya
dan di catat hasil pengamatannya.
-
Percobaan kedelapan di masukan ikan
kedalam wadah dengan di cabutin seluruh sisiknya, kemudian di amati gerakannya
dan di catat hasil pengamatannya.
-
Percobaan ke sembilan di masukan ikan
kedalam wadah dengan merusak sisik linea lateralisnya, kemudian di amati
gerakannya dan di catat hasil pengamatannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan, diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:
4.1.1 Tabel Keseimbangan tubuh ikan
Pemotongan Sirip
|
Ciri-ciri
|
Normal
|
Ø
Gerakan
ikan lincah
Ø
Tubuh
ikan seimbang
Ø
Pergerakan
stabil
|
Dorsal
|
Ø
Pergerakkannya hanya
di dasar
Ø
Pergerakannya
lambat
Ø
Keseimbangannya
tidak stabil dan sering menabrak dinding
|
Pectoral
|
Ø
Susah
untuk membelokkan tubuhnya
Ø
Posisi
kepala selalu menukik kebawah
|
Ventral
|
Ø
Berenang
tidak terarah
Ø
Selalu
menabraki dinding
Ø
Selalu
berenang di dasar
|
Anal
|
Ø
Selalu
berenang di dasar
Ø
Posisi
kepala menukik kebawah
Ø
Gerakannya
lambat
|
Caudal
|
Ø
Gerakannya
tidak lurus
Ø
Gerakannya
lambat
Ø Posisi kepala menukik kebawah
|
Semua Sirip
|
Ø
Keseimbangan tubuhnya
hilang
Ø
Tidak
mampu untuk berenang
|
4.1.2 Tabel Kajian Suhu Terhadap Fisiologi
Ikan
Suhu
|
Ikan
|
Ulangan
|
Rata-Rata
|
Tingkah laku
|
Kondisi Fisik
|
||
I
|
II
|
III
|
|||||
28
|
1
|
140
|
126
|
110
|
125
|
Lincah, Normal
|
Stabil
|
2
|
110
|
112
|
115
|
112
|
|||
3
|
160
|
125
|
120
|
135
|
|||
Suhu
|
Ikan
|
Ulangan
|
Rata-Rata
|
Tingkah laku
|
Kondisi Fisik
|
||
I
|
II
|
III
|
|||||
25
|
1
|
105
|
96
|
93
|
98
|
Bukaan operculum mulai lebih lambat dari suhu awal
|
Stabil
|
2
|
93
|
89
|
132
|
105
|
|||
3
|
130
|
132
|
110
|
124
|
|||
Suhu
|
Ikan
|
Ulangan
|
Rata-Rata
|
Tingkah laku
|
Kondisi Fisik
|
||
I
|
II
|
III
|
|||||
22
|
1
|
108
|
94
|
113
|
105
|
Bukaan operculum tidak stabil, lebih cepat dan lebih lambat dari
suhu sebelumnya
|
Stabil
|
2
|
87
|
92
|
106
|
95
|
|||
3
|
120
|
96
|
98
|
105
|
|||
Suhu
|
Ikan
|
Ulangan
|
Rata-Rata
|
Tingkah laku
|
Kondisi Fisik
|
||
I
|
II
|
III
|
|||||
19
|
1
|
82
|
80
|
72
|
78
|
Bukaan operculum sangat lambat dan cenderung tidak
bergerak/berenang
|
Stabil
|
2
|
79
|
70
|
69
|
72
|
|||
3
|
92
|
90
|
81
|
88
|
|||
4.1.3 Tabel Kondisi Lingkungan Asam dan Basa
Jenis ikan
|
Waktu
|
Gerakan operculum pH asam
|
Gerakan operculum pH basa
|
||||
pH 6
|
pH 5
|
pH 4
|
pH 8
|
pH 9
|
pH 10
|
||
Ikan Gabus
|
1
|
8
|
7
|
2
|
2
|
2
|
1
|
5
|
20
|
4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
6
|
23
|
2
|
6
|
1
|
2
|
1
|
|
10
|
24
|
3
|
0
|
1
|
1
|
0
|
|
11
|
27
|
2
|
4
|
0
|
0
|
0
|
|
15
|
27
|
1
|
7
|
0
|
0
|
1
|
|
Ikan Nila
|
1
|
103
|
89
|
45
|
54
|
-
|
-
|
5
|
104
|
76
|
48
|
70
|
-
|
-
|
|
6
|
109
|
42
|
45
|
35
|
-
|
-
|
|
10
|
97
|
67
|
60
|
-
|
-
|
-
|
|
11
|
105
|
58
|
56
|
-
|
-
|
-
|
|
15
|
109
|
56
|
65
|
-
|
-
|
-
|
4.2. Pembahasan
Pada
pengamatan keseimbangan tubuh ikan dapat diamati bahwa pada ikan
normal yang tidak di rusak alat keseimbangan maka akan memiliki
keseimbangan tubuh yang baik, sedangkan pada ikan yang telah
di rusak alat keseimbangannya akan mengalami gangguan dalam
pergerakannya. Hal ini jelas terlihat pada saat di lakukan
pemotongan dan pengrusakan pada organ keseimbangannya.
Ikan
yang telah di potong sirip dorsal tampak mengalami gangguan keseimbangan
terutama pada saat ikan akan berbelok. Perubahan gaya berenang ikan begitu
jelas terlihat, tubuh ikan mulai miring kekanan dan kekiri karena
keseimbangannya tidak stabil. hal tersebut terjadi karena hilangnya fungsi sirip
dorsal. Pengaturan arah sirip dorsal begitu besar, bahkan lebih dominan
dibandingkan dengan sirip anal. Fungsi utama sirip ini yaitu untuk mengatur
pergerakan ikan ke arah kiri dan kanan ketika bergerak maju.
Ketika
sirip pectoral pada ikan di potong, ikan masih dapat berenang akan tetapi ikan
cenderung berenang lurus, hal ini di sebabkan karena sirip pectoral merupakan
salah satu sirip yang di gunakan ikan untuk berenang maju, kesamping dan diam.
Hal ini di perkuat dengan adanya pernyataan yang mengatakan bahwa
sirip ikan di pergunakan ikan ketika ikan bergerak kesamping, maju kearah depan
secara pelan atau lambat.
Ketika sirip ventral dipotong,
ikan berenang tidak terarah, selalu menabraki dinding dan Selalu berenang di
dasar.
Hal ini dikarenakan
ikan kehilangan fungsi sirip ventralnya dalam
membantu menstabilkan ikan saat renang. Selain itu juga, sirip ventral
berfungsi dalam membantu untuk menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman baik
didasar maupun dipermukaan.
Ketika
Sirip Anal dipotong, ikan selalu berenang di dasar, posisi
kepala menukik kebawah dan gerakannya lambat. Sirip anal adalah sirip
yang berada dibagian ventral tubuh di daerah posterior. Sirip ini berfungsi
membantu dalam stabilitas berenang ikan. Ketika sirip ekor dipotong, pergerakan ikan menjadi tidak
lurus dan lambat, cenderung tidak bergerak maju atau mundur. Hal ini karena
ikan kehilangan fungsi ekor sebagai pendorong
utama ketika berenang (maju) dan juga sebagai kemudi ketika bermanuver.
Pada
saat sisik ikan di rusak, ikan tersebut menjadi sangat liar akan tetapi ikan
sering menabrak dinding akuarium. Hal ini di sebabkan karena ketika sisik ikan
di rusak, linea literalisnya juga ikut rusak. Ikan yang dirusak sisiknya ini
tidak dapat bertahan lama jika di budidayakan, karena ikan yang di rusak
sisiknya akan mudah terserang penyakit. Hal ini karena adaptasi pada bagian
sisik ikan memainkan peran penting. Ikan air tawar yang kehilangan banyak sisik
akan mendapatkan kelebihan air yang berdifusi kedalam kulit, dan dapat
menyebabkan kematian.
Pergerakan
ikan berubah menjadi sangat agresif ketika linea literalis pada ikan di rusak,
ikan menjadi sering muncul di permukaan akuarium dan terkadang menabrak dinding
akuarium, hal ini menunjukkan bahwa linea literalis sangat berpengaruh pada
keseimbangan tubuh ikan, karena linea literalis merupakan organ
sensori ikan yang dapat mendeteksi perubahan gelombang. Selain itu,
linea lateralis juga berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasi
lingkungan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irianto
(2003), perubahan lingkungan dapat diketahui oleh tubuh ikan, karena
tubuh ikan dilengkapi dengan alat penerima rangsang, baik fisik
maupun kimia.
Frekuensi
membuka serta menutupnya operculum pada ikan nila sering terjadi pada suhu
normal, yaitu 28
. Pada suhu 28
semakin
sering ikan itu membuka serta menutup mulutnya, hal ini dapat kita simpulkan
bahwa bila suhu meningkat, maka laju metabolisme ikan akan meningkat sehingga
gerakan membuka dan menutupnya operculum ikan akan lebih cepat daripada suhu
awal kamar, serta sebaliknya pula jika suhu menurun maka semakin jarang pula
ikan itu membuka serta menutup mulutnya. Pada peristiwa temperature dibawah
suhu kamar maka tingkat frekuensi membuka dan menutupnya operculum akan semakin
lambat dari pada suhu kamar. Dengan adanya penurunan temperature, maka terjadi
penurunan metabolisme pada ikan yang mengakibatkan kebutuhan O₂ menurun,
sehingga gerakannya melambat. Penurun O₂ juga
dapat menyebabkan kelarutan O₂ di
lingkungannya meningkat. Dalam tubuh ikan suhunya bisa berkisar ± 1° dibandingkan
temperature linkungannya. Maka dari itu, perubahan yang mendadak dari
temperature lingkungan akan sangat berpengaruh pada ikan itu sendiri.
Berdasarkan
hasil pengamatan, pH perairan untuk ikan nila dan ikan gabus berbeda. Ikan
gabus memiliki toleransi yang sangat tinggi terhadap perubahan kondisi
asam-basa perairan sedangkan ikan nila memiliki toleran yang sangat minim. Pada
pH normal 7-6, bukaan operculum ikan nila dan ikan gabus cenderung lebih cepat
dibanding setelah pH dinaikkan. Pada kenaikan kondisi asam 6-4 kedua ikan ini
masih dapat bertoleransi dan bertahan hidup, namun kegiatan membuka dan
menutupnya operculum semakin lambat seiiring bertambahnya keasaman pH. Ketika kondisi basa dinaikkan 8-10, ikan nila
dapat disimpulkan tidak dapat mentolerasi kondisi ini. Ikan nila bahkan mati
pada pH basa yang tidak terlalu tinggi, yaitu pH 8 pada menit ke 10. Sedangkan
ikan gabus masih dapat mentolerir bahkan sampai tingkat basa 10. Dapat
disimpulkan bahwa tingkat toleransi ikan terhadap pH berbeda seiring dengan
kenaikan dan penurunan pH. Kegiatan membuka dan menutupnya operculum juga
sangat berpengaruh terhadap kondisi pH diperairan.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1.
Ikan kehilangan keseimbangan jika salah
satu organ dipotong atau hilang
2.
Suhu berpengaruh terhadap pergerakan dan
metabolisme ikan
3.
Pergerakan ikan semakin lambat seiring
dengan penurunan suhu
4.
Frekuensi membuka serta menutupnya
operculum pada ikan nila lebih sering terjadi pada suhu tinggi
5.
Ikan gabus memiliki toleransi yang
tinggi terhadap kenaikan dan penurunan pH perairan
5DAFTAR PUSTAKA
Afandi,
1992. Ikhtiologi, Suatu Panduan Kerja Laboratorium. Depdikbud, IPB, Bogor.
Brandt Tso, Paul
Mather, 2009, Classification
Methods For Remotely Sensed Data, Taylor & Francis Group, LLC
Dahuri, Rokhmin., J. Rais.,
S.P.Ginting., M.J.Sitepu. 2001. Pengelolaan
Sumber Daya Wilayah
Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Cetakan
kedua, Penerbit Pradnya Paramita. Jakarta
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan
Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius. Jakarta.
Lesmana Darti S.
2002. Kualitas Air untuk Ikan Hias
Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mahardono,
1979. Anatomi Ikan. PT
Intermasa, Jakarta.
Saanin,
1984. Taksonomi dan Kunci
Identifikasi IkanJilid II. Binacipta Bandung.
kak copy ya wkwk
BalasHapuskak copy ya heheheh
BalasHapusm88 casino online slots - Thakasino
BalasHapusm88 casino online slots. If you want ทางเข้า m88 to play games for real money on a 24/7 or 24/7 basis, 10bet we have the best software on the market, we have games that